Jumat, 22 Oktober 2010

#5

tidak mengapa saya berdiri berhujan-hujan. tidak mengapa saya berteriak sampai saya serak. tidak mengapa saya selalu berharap, dengan tatapan cemas tidak kunjung datang sebuah gol, dengan pandangan getir ketika lawan memasuki area pertahanan klub yang saya cintai. tidak mengapa banyak orang berpikir saya bodoh. tidak mengapa, karena saya punya alasan. klub yang saya cintailah di bawah semua itu.

 

Sepakbola telah menyihir saya. Saya pernah tidak bisa tidur karena sudah tidak sabar untuk hadir di pertandingan kandang, pun saya pernah tidak tidur karena klub yang saya cintai terancam degradasi ketika liga hanya menyisakan dua pertandingan terakhir. Saya rela berdiri sepanjang pertandingan, saya dengan tanpa paksaan bernyanyi, bahkan kadang melihat pertandingan pun tidak. Sepakbola membuat saya masih berdiri di kurva belakang gawang sementara hujan dengan deras turun.

Sepakbola bisa saja membuat saya terdiam beberapa detik ketika gawang klub yang saya cintai terancam kemasukan gol, setelahnya saya bisa saja berteriak kegirangan berlari tak tentu arah merayakan pemain kami mencetak gol untuk klub. Membuang uang untuk sebisa mungkin hadir di tiap pertandingan. Mempersiapkan banyak flare dan bom asap sebagai perayaan pertandingan, begitu pula dengan berpack-pack roll kertas yang dengan segera kami lempar ke lapangan.

Waktu, uang, dan tenaga menjadi pengorbanan besar kami. Banyak orang memandang kami menyia-nyiakan semua itu. Tapi kami masih saja tidak peduli, kami masih menjalani kehidupan yang sebelumnya kami jalani. Kami memang tidak dapat dimengerti, kami tak ingin dimengerti oleh yang bukan bagian dari kami. Kebanggaan kami, rasa cinta, ya ini rasa cinta kami.

2 komentar:

  1. Itulah yang membeda seorang suporter dengan yang lainnya. Kekuatan fanatisme sangat tidak terduga.

    BalasHapus