Minggu, 21 November 2010

peluru itu keras, sabuknya lebih lagi

"kita bukanlah produk televisi yang kekinian." (bays)

Saya dan teman saya sejak lahir entah kenapa sangat kompak. Mungkin karena sudah 20 tahun ini bersama-sama menantang dunia. Kami kompak, tetapi kami tidak sama. Jalan kami berbeda, saya mengambil jalan punk, dia mengambil jalan metal. Satu persamaan dari 2 jalan yang kami ambil, kami mengambil tema oldschool. Saya ya dengan atribut saya yang seadanya tanpa baju-baju keren, dia juga dengan baju-baju lawas yang bukan produk seragam anak muda sekarang.
Hari Sabtu kemarin band thrash metalnya manggung di acara amal untuk korban Merapi. Hari-hari sebelumnya saya membantu untuk menyiapkan atribut yang akan dipakai. Kali ini teman saya memakai atribut tambahan yang sebelumnya tidak pernah ia kenakan. Beberapa hari sebelumnya ia menemukan 2 sabuk peluru machinegun beserta pelurunya di gudang rumahnya yang mungkin milik kakeknya dulu. langsung kami bersihkan semua pelurunya. H-1 sebelum aksi, niat kami adalah memasang peluru tersebut, setelah 1 sabuk terpasang semua pelurunya, rangkaian peluru  tersebut dicoba digunakan oleh teman saya. Dan terlihat efek alkohol yang mantap, sabuk pelurunya tidak cukup karena perutnya kebesaran.


Putar otak kami langsung berinisiatif menambahi panjang sabuk dengan sambungan sabuk yang satunya. Dengan semangat 45,46,47 dst kami mencuba membuka rangkaiannya, dan ternyata susahnya minta ampun. Terpaksalah otak kami memutuskan untuk memotong penyambungnya dari kawat, biarlah nanti tidak dapat dikembalikan lagi, yang penting dapat 1 sabuk yang pas. Ternyata tidak semudah itu, sabuk peluru lebih keras dari pelurunya. Dengan ketelatenan kami, akhirnya selesailah sabuk peluru itu.
Hari besoknya, sabuk peluru menyertai perform yang dahsyat dengan tempo ala thrash metal. Selamat kawan!!

Peluru memang keras bung, tapi sabuknya lebih keras. Kita memang pembangkang, tapi lingkungan kita yang membentuk kita seperti ini pastinya lebih kuat dari masing-masing diri kita. Ya, Dunia memang jahat !!

Senin, 08 November 2010

Practice Makes Perfect

"Jika ini berhasil, aku akan jadi pesulap dengan trik kartu paling mutakhir tanpa rekayasa." (Girgir Hutagalung)

Dini hari sudah saatnya tidur karena fisik sudah lelah. Saya dan beberapa kawan saya sukarelawan memilih ruang UKS untuk beristirahat kali ini. Sambil membuka netbook untuk menyetel lagu pengantar tidur, kawan saya Girgir Hutagalung malah mengambil satu deck kartu remi. Ia mulai mengocok kartu itu sambil menyuruh Ragil memikirkan satu kartu. Ketika Ragil sudah memutuskan, Girgir berhenti mengocok kartunya dan mengambil kartu teratas, "Ini bukan?" Tentu saja jawabannya bukan, kartu teratas yang diambil Girgir bukan kartu yang dipikirkan Ragil.
Kejadian yang sama diulang dengan Vito, GoGik, dan Saya. Hasilnya masih salah. Di akhir permainannya pada saya, Girgir berkata, "Suatu saat pasti berhasil."
Kami semua diam, dan mulai mengambil posisi untuk tidur, tapi tidak bisa.
Nice Try Dude.

Barak dan Kartu

"Mas, ayo melu maen kertu." (Mas, ayo ikut main kartu - Rofik)
"Ho'oh mas, ayo melu." (Iya mas, ayo ikut - Rofi'i)

Status "awas" pada Merapi masih belum turun satu tingat pun. Zona aman juga belum turun dari sebelumnya. Masyarakat masih saja was-was dan masih enggan untuk kembali. Barak-barak pengungsian masih penuh dengan pengungsi dan juga sukarelawan (saya enggan menyebutnya relawan, rasa-rasanya kurang unsur "suka" dan "gembira"). Kepedulian tampak dimana-mana dan ini baik.
SMA saya dulu bersekolah, SMA Kolese John de Britto tak ketinggalan, jajaran direksi membuka posko bantuan logistik dan barak pengungsian. Barang masuk dan keluar tiap waktunya dan menyita tenaga sukarelawan baik dari siswa maupun alumni bahkan guru-guru dan para karyawan. Kepedulian tak habis-habis. Sukarelawan juga mengurusi 150-an pengungsi yang bertahan di aula SMA. Dapur umum dibuat.
Kesibukan disana-sini, jelas kelelahan yang menyikapi. Lelah, benar lelah fisik dan psikis bagi sukarelawan di posko manapun, tapi bagaimanapun juga ini urusan tolong menolong dan tidak perlu urusan mengeluh dan tetek bengek sejenisnya. Di tengah mondar-mandir antara barak dan posko, saya dan beberapa kawan alumni de Britto melewati anak-anak pengungsi yang sedang menggelar tikar di lapangan futsal outdoor sekolah kami, saya lihat mereka bermain kartu. Permainannya standar bibit penjudi - minuman-. Mereka kami tahu bernama Rofik dan Rofi'i, kelas 2 SD. Mereka memanggil kami dan mengajak kami bermain kartu, menemani mereka. Awalnya kami semua berpikir untuk meng-iya-kan ajakan mereka karena kami berpikir mereka butuh teman untuk menghabiskan waktu dan membunuh trauma mereka akan abu Merapi dan kami segera duduk melingkar bersama mereka berdua.
Kepolosan mereka segera dipadu dengan ketotolan kami yang alami menghasilkan kolaborasi kebrisikan yang ekstrim. Ada jajaran direksi yang melewati kami dan tersenyum, saya paham kalau beliau berpikir ini semata-mata untuk hiburan para pengungsi dan hal ini sungguh sah. Permainan terus berlanjut hingga kira-kira 1 jam ke depan sampai Rofik bertanya pada kami, "Mas, nek ngguyu-ngguyu ngene ki kesel e ilang to? Aku mau mesakke ndelok njenengan kesel tenan ketoke, makane aku karo Rofi'i ngundang dolanan kertu." (Mas, kalau ketawa-ketiwi gini capeknya hilang kan? Saya tadi kasihan melihat kalian kelihatan capek sekali, makanya saya dan Rofi'i manggil mainan kartu).
Kami semua diam dan berpandang-pandangan. Siapa menghibur, siapa terhibur? Siapa peduli :)

Sabtu, 06 November 2010

es kopi dari ibu

"Sing penting lila legawa jembar donya akherat." (Setodewo)

Kopi sepertinya sudah jadi bagian dari hidup saya selama ini. Walaupun saya masih rutin minum susu tiap malem, tapi kopi juga jadi menu utama keluarga kami. Berkumpul di ruang tamu bareng ayah ibu saya, sambil ngerokok dan minum kopi kami bertiga sering menikmati dinamika sosial di televisi sambil juga cerita satu sama lain tentang keseharian yang dijalani masing-masing. Kami menikmati kopi kami, kami menikmati keseharian kami. 
Tempo hari (Kamis, 4 November 2010) kami berkumpul lagi, ayah saya pulang kerja dan ibu saya selesai memberi susu pada anjing-anjing kami, saya sendiri pulang dari pengungsian. Jogja sudah penuh suara gemuruh dari puncak Merapi dan kami semua masih memantau lewat televisi dan streaming radio bersama rokok kami masing-masing. Anjing-anjing kami mulai menggonggong kepanikan, ayah saya sibuk memantau suara puncak Merapi. Saya juga mulai panik, mengambil tali untuk anjing saya dan memasangkan pada mereka untuk persiapan jika sewaktu-waktu harus lari menjauh.
Ibu saya tidak ambil pusing kala itu, setelah rokok pertamanya habis, dia bangun dan membuatkan kopi untuk kami. Kali ini kopi dingin. Setelah selesai, kami meminum kopi kami. Ayah saya heran kenapa kali ini kopi dingin. Ditanya begitu ibu saya menjawab, "Hari ini kita minum dingin dulu, sudah terlalu panas kita dan sekitar kita."
Saya dan ayah saya diam dan lanjut nonton tivi dengan santai, ibu saya bermain dengan kedua anjing saya.


Rabu, 03 November 2010

sesederhana datang pagi lalu matahari tenggelam lagi

hidup itu sederhana, kita memilih dan tak boleh menyesalinya.(tokyo drift)

Seringkali saya mendapat curhat dari kawan-kawan saya, tentang pacar mereka, tentang kuliah yang sulit, tentang apapun yang membuat hidup mereka sulit. Saya hanya dapat memberi mereka masukan. Yah, bukan berarti hidup saya juga telah sempurna, hidup saya juga penuh masalah tantangan dan saya mencoba melaluinya tiap hari. Banyak kawan saya juga yang berkata, "enak ya jadi kamu, ga mikirin apa-apa." Enak saja mereka berkata, saya juga berpikir. Rene Descartes pernah bilang, "cogito ergo sum." Kamu berpikir maka kamu ada. Saya berpikir, tapi yang saya pikirkan adalah sesuatu yang baik untuk saya, saya malas menyiksa diri saya dalam pikiran saya sendiri yang nanti akan merugikan saya sendiri.
Semua memang dimulai dari kita, dari pikiran kita.
Kita sudah memilih jalan kita sendiri, kita sudah memilih dari sekian banyak pilihan yang ada. Kalau begitu ya sudah jalani. Kenapa masih harus berdebat lagi dengan diri sendiri kalau yang kita pilih itu ternyata salah. Sudah memutuskan punya pacar, sudah memutuskan kuliah di jurusan apa, sudah memutuskan ga makan, ga eek. Ya semua itu ada resikonya. Jalani, sambil berpikir kalau yang kamu jalani adalah menyenangkan. Dan kenyataan akan menyenangkan.


Selasa, 02 November 2010

kawan yang setia

saya suka sekali dengan binatang, konon lelaki penyayang binatang itu lemah lembut sekaligus kuat :)


Cobalt, anjing mix daschund dan pomeranian

 Herro, dari kata Heroin, anjing Golden Ret

Carcoal, Bajing Terbang yang saya selamatkan dari pasar hewan

Aska, Kelinci Dwarf seukuran asbak untuk teman di kos

Dega, Musang Rasse yang saya selamatkan juga dari pasar hewan

Mimi dan Mintuna, Bajing Kelapa yang masih bayi

Berlomba dengan Senja

aku datang menantang ombak.

roda ini masih melaju deras,
waktu mau tak mau memaksaku untuk bertahan melaju kencang.
matahari tanpa basa basi melenggang turun dari tahta siang.
aku mengejar, lebih tepatnya terkejar.
sebuah keinginan untuk melihat lagi senyumnya sebelum matahari terbenam.

aku masih bertahan keras,
tekad mau tak mau memaksaku untuk terus maju berperang.
perasaan tanpa basa basi memuncak untuk melawan bayang.
aku bertahan, lebih tepatnya tertahan.
sebuah keinginan untuk tak melihat tangisnya sebelum harapan tenggelam.

Setiap kali merahnya merah memerahkan kemerahan

Setiap kalimat membentuk baris sanjungan.
Setiap aksi membulatkan langkah harapan.

-kursi dan kursi merah mulai ditata rapi.
Wadah dan wadah plastik merah dijungkir balikkan.

Setiap kepulan asapmu membawa bayang.
Setiap bayangmu mengepul yg tak pasti.

-busa dan busa merah menati untuk direbah.
Selimut dan selimut merah menunggu fungsinya yg tak tentu.

Setiap gerakmu membunyikan derit pintu.
Setiap bunyimu menggerakkan aku.

-mata dan mata merah tumpah.
Lelap sebentar bersama sunset.

Setiap senja untukmu slalu isyaratkan pesan yg tenggelam.
Tenggelam bersama isyarat yg terlalu merah,kamu tak bisa,ak binasa.

//Aku seperti celana dalam//

Gejala Susah Tidur

Satu waktu tergeletak,tak begitu rapi.
Sebentar berbalik sebentar kembali.
Ada kala mata tak terpejam,
Ada waktu mata ingin berhenti.
Berhenti,berhenti berputar menyapu sekeliling yang masih tampak sama seperti sebelumnya.

Ada saatnya ingin disudahi,
Ada masanya dipaksapun sama.
Sama,sama sekali tak berubah.
Sama sekali.
Sama sekali masih sama seperti sebelumnya.

Ada,selalu ada.
Selalu ada detiknya sendiri untuk dimengerti,
Selalu ada menitnya sendiri untuk dipahami.

-ada porsinya sendiri untuk diludahi,disudahi-

Sorpring

kaki dan kaki tenang berjalan,
sebelah depan sibuk berkoordinasi.
jari dan jari bermain raga,
sebelah depan menggenggam pasti.

duduk dan duduk berharap hangat,
sebelah depan melintas cepat.

itu dia.
akhirnya..

Basah di Hadapku

terik..panas hari ini memaksaku mengusap keringatku.
tes, jatuh tetes demi tetes...air tubuhku masih tak mampu membilas kering hari ini.
debu dan debu rasa-rasanya melayang bebas.
sedikit masuk di mataku dan membuatku menguras tenagaku untuk bermain mata.
mata dan tanganku berkolaborasi..memerahkan daya lihatku.

panasnya tak habis-habis..sebotol air mineralku segera berpindah menuju tandon tubuhku..
sebentar lagi kandung kemihku kembung pasti..pasti..aku terlalu banyak mengkonsumsi air,pikirku..
ya, terlalu banyak..sejenak lalu aku lemas..dan entah mengapa, aku merasa susah bergerak..
tunggu..tunggu dulu..rasa-rasanya aku mulai mengantuk.
lalu hilang daya pandangku..

mataku tak lagi merah, keringatku tak lagi turun.
daya pandangku tak lagi surut,segar mataku.
kandung kemihku tak lagi kembung, kempis perutku.

tes..jatuh lagi air di kepalaku..
bukan..bukan dari aku..ini datang dari atas..
hujan namanya..satu persatu tetesnya jatuh..
mula-mula pelan...mula-mula satu..
sejenak lalu berubah banyak, cepat..
berubah menjadi suara berisik baru yang menggantikan parau dengkurku..

lalu lagi aku berdiri di depan pintuku..
angin..angin datang pelan mulanya..sebentar mejadi kencang..
lalu aku masuk, namun belum kututup pintuku.

*kamu bawa aku dari keringku,
segarkan dengan sedikit airmu,
bawa aku menuju nyamanku,
hingga muncul kantukku.
*kamu lalu turunkan hujan,
hembuskan badai di halamanku,
bawa aku masuk ke dalam,
anginmu goyahkanku.

*masi belum kututup pintu, tapi aku enggan keluar.

Wasting Time

tangan kiri, bukan tangan kanan..bodoh!
kaki kiri, bukan kaki kanan..bodoh!
bodoh, ya kamu bodoh!

aku malas mengajakmu bicara lagi..

bagaimana aku bisa berbicara denganmu jika kamu hanya tau dengan benar atas dan bawah..
lalu untuk kiri dan kanan kemampuanmu nol besar..
dan kita tak pernah sepaham dalam hal ini...

bodoh..bodoh...!!

ya..kita tak pernah sepaham..
dan begitu menyebalkan aku selalu bertemu kamu..
sebenarnya aku tak mau..


-oh, sudah waktunya sarapan, aku terlalu banyak bicara di depan cermin-
-lalu siapa yang bodoh?-

Menggambar

sebuah garis pun kupercayai berawal dari satu titik statis..
lalu melaju dengan kecepatannya yang dinamis..

diambilnya tinta hitam lalu mulai ditorehkan..
digarisnya lurus, lalu dilengkungkan..

bertemu garis dan garis di atas kertas buramku..
beradu warna tak hiraukan waktu..

berpindah ke sisi kertas yang lain, digaris pula disana..
habis usai mewarna, kembali ke mula..

//meski berisi warna, garis yang hitam tetaplah hitam//

Kamu Pasti Tau Isinya

Sebuah monolog pendek tentang celana dalam

celana dalammu terlihat baru...

selalu terlihat baru?

atau memang selalu baru?

tempo hari aku lihat celana dalammu yang berwarna jambu..

warnanya cerah, baru ya?

hari berikutnya,

aku lihat kamu masih memakai yang sama..

ajaib juga celana dalammu,

tak ada kusam barang sedikit..

berhari-hari kau pakai, masih sama saja warnanya..


belakangan aku lihat berbeda..

celana dalammu berganti warna, baru ya?

kemana yang dulu?

apa sedang kau cuci?

atau malah kau buang?

hmm, nampaknya kau buang..

yang baru nampaknya tak cukup lama,

celana dalammu kembali berwarna jambu..

kamu coba kembali ke yang dulu,

ke celana dalam yang dulu kamu buang..

karena sudah tau isinya,

kamu terlihat menyedihkan..

Senin, 01 November 2010

#6

tidak pernah saya bosan menantikan gol dari klub yang saya cintai ke gawang lawan. karena bukan tentang peluang, kemampuan dan prosesnya adalah hasil dari kerja keras pemain kami. sedangkan gol yang biasa disebut orang lain kebetulan sebenarnya adalah hasil dari hasrat yang menggebu-gebu untuk menang. suara saya dan kawan satu kelompok hanyalah bagian kecil dari kemenangan yang selalu saya nantikan.

 

Apa yang kita tunggu dari pertandingan sepakbola? Tentu saja kemenangan. Bagai dua koin mata uang, kemenangan dan gol tidak dapat dipisahkan. Para pemain sepakbola tidak begitu saja mendapat nilai kontraknya, butuh sebuah pembuktian untuk mencapai itu dan pembuktian paling mudah adalah gol, maka tak heran jika pemain terbaik dunia kebanyakan datang dari posisi penyerang. Meskipun begitu, tidak melulu penyerang yang penting, pemain bertahan juga sama pentingnya dalam sebuah tim, karena ia bertugas menghalau datangnya bola dan terciptanya gol untuk tim.

Gol dan gol, itulah inti dari sepakbola. Dan saya menggarisbawahi satu hal tentang kemenangan dan kebanggaan yaitu sejarah. Seringkali suporter ditanya mengapa mereka bersikukuh mendukung tim yang bahkan seringkali sangat jarang menang. Jawaban paling sederhana untuk pertanyaan ini adalah sejarah. Bagi suporter tim langganan juara, tentu saja ada kebanggaan jika mampu mempertahankan gelar juara atau menyabet juara lagi setelah lepas satu atau dua musim. Bagi suporter yang timnya belum pernah juara atau malah sering kalah, tentu saja berambisi untuk menjadi bagian dari sejarah kejayaan klub. Sejarah, dan ini mutlak.

Seorang pemain yang sudah tua sekalipun masih dapat bertahan di sebuah klub karena sejarah yang diukirnya dulu, bahkan setelah pensiun ia masi saja dapat menjadi bagian dari tim entah itu pelatih atau manajer tim. Dan Sejarah ini tidak datang begitu saja. Sejarah lahir lewat perjuangan, lewat kerja keras dalam latihan setiap hari, lewat tetes keringat di lapangan, lewat kaki yang terus saja berlari. Dan semangat-semangat pantang menyerah ini yang membuat suporter bertahan untuk memberikan dukungannya.

Semua bicara tentang kerja keras, tidak ada kebetulan dalam sepakbola. Jika kamu melihat gol yang tidak sengaja tercipta di highlight sepakbola dunia, itu bukanlah sebuah kebetulan. Ketidaksengajaan mungkin benar, namun ada alasan dibalik itu semua, ada alasan mengapa seorang pemain melakukan aksinya di lapangan hingga tercipta gol yang menurut orang-orang tidak sengaja. Ada hasrat yang menggebu-gebu untuk menang, ada kemauan yang keras untuk mendapat bola dalam posisi yang pas untuk menendang, dan semua itu yang membuat kadang seorang pemain dinilai kebetulan dalam mendapat bola.

Kerja keras dan hasrat ini yang kami hargai. Maka tak heran kelompok suporter rela datang sore hari ke stadion klub mereka, menonton untuk menonton sesi latihan, karena gol yang tercipta di pertandingan adalah bayaran yang pas untuk kerja keras setiap hari.