"Sing penting lila legawa jembar donya akherat." (Setodewo)
Kopi sepertinya sudah jadi bagian dari hidup saya selama ini. Walaupun saya masih rutin minum susu tiap malem, tapi kopi juga jadi menu utama keluarga kami. Berkumpul di ruang tamu bareng ayah ibu saya, sambil ngerokok dan minum kopi kami bertiga sering menikmati dinamika sosial di televisi sambil juga cerita satu sama lain tentang keseharian yang dijalani masing-masing. Kami menikmati kopi kami, kami menikmati keseharian kami.
Tempo hari (Kamis, 4 November 2010) kami berkumpul lagi, ayah saya pulang kerja dan ibu saya selesai memberi susu pada anjing-anjing kami, saya sendiri pulang dari pengungsian. Jogja sudah penuh suara gemuruh dari puncak Merapi dan kami semua masih memantau lewat televisi dan streaming radio bersama rokok kami masing-masing. Anjing-anjing kami mulai menggonggong kepanikan, ayah saya sibuk memantau suara puncak Merapi. Saya juga mulai panik, mengambil tali untuk anjing saya dan memasangkan pada mereka untuk persiapan jika sewaktu-waktu harus lari menjauh.
Ibu saya tidak ambil pusing kala itu, setelah rokok pertamanya habis, dia bangun dan membuatkan kopi untuk kami. Kali ini kopi dingin. Setelah selesai, kami meminum kopi kami. Ayah saya heran kenapa kali ini kopi dingin. Ditanya begitu ibu saya menjawab, "Hari ini kita minum dingin dulu, sudah terlalu panas kita dan sekitar kita."
Saya dan ayah saya diam dan lanjut nonton tivi dengan santai, ibu saya bermain dengan kedua anjing saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar